Banyak kalangan, termasuk aparat Depdiknas dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota membuat statement bahwa Kurikulum 2004 (atau
KBK) tidak terlalu jauh berbeda dengan Kurikulum 2006 yang disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan baru ditetapkan pemberlakuannya oleh
Mendiknas melalui Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tanggal 2 Juni 2006.
Saya tidak tahu, apakah penyataan mereka itu dimaksudkan untuk “menghibur guru”
agar tidak resah menghadapi perubahan kurikulum ini. Mengingat Kurikulum 2004
ini masih dalam taraf ujicoba yang lebih luas sejak tahun pembelajaran
2004/2005 dan belum semua sekolah sudah menerapkan secara utuh Kurikulum 2004.
Namun apa daya, kini sudah dimunculkan kurikulum baru, Kurikulum 2006. Sehingga
muncullah statement yang “menghibur” tersebut.
Hal ini adalah ironis, karena menunjukkan pemahaman
yang sangat dangkal mereka terhadap Kurikulum 2006 tersebut. Saya menduga
mereka hanya “mengulang-ulang” pernyataan dari BSNP, aparat Pusat Kurikulum,
Pejabat Depdiknas yang bermaksud meredam agar Kurikulum 2006 tidak mendapat
tentangan dari ujung tombak pendidikan : guru dan sekolah, atau gejolak yang
meresahkan masyarakat dan dunia pendidikan. Jika saja mereka sudah melakukan pembandingan
secara mendalam kedua kurikulum tersebut, niscaya mereka akan mengatakan bahwa
Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 2006 berbeda secara nyata, secara signifikan.
Memang harus diakui dalam beberapa hal ada kesamaan atau kemiripan antara
keduanya.
Berikut ini saya rangkum perbedaan dan persamaan
antara Kurikulum 2004 dan Kurikulum 2006 (periksa tabel)
Tabel :
Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006
ASPEK
|
KURIKULUM 2004
|
KURIKULUM 2006
|
1.
Landasan Hukum
|
|
|
2. Implementasi /
Pelaksanaan
Kurikulum
|
|
|
3. Ideologi Pendidik-
an yang
Dianut
|
|
|
4. Sifat
(1)
|
|
|
5. Sifat
(2)
|
|
|
6.
Pendekatan
|
|
|
7.
Struktur
|
|
|
8. Beban
Belajar
|
|
|
9. Pengembangan
Kurikulum lebih
lanjut
|
|
|
10. Prinsip
Pengembangan
Kurikulum
|
|
|
11. Prinsip
Pelaksanaan
Kurikulum
|
Tidak
terdapat prinsip pelaksanaan kurikulum
|
3.
Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau
percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisinya dengan
memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi
ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
5.
Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan
teknologi yang memadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar.
6.
Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk
keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7.
Diselenggarakan dalam kese-imbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang
cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
|
12. Pedoman
Pelaksanaan
Kurikulum
|
|
Tidak
terdapat pedoman pelaksanaan kurikulum seperti pada Kurikulum 2004.
|
Untuk sementara baru 12 aspek yang saya temukan, dimana hanya 2 (dua) hal
saja yang sama, yakni landasan ideologis dan pendekatan yang digunakan.
Sementara 10 aspek lainnya berbeda sangat nyata, meskipun ada kemiripan pada
butir-butir tertentu.
PERBEDAAN ESENSI SK DAN KD
Hal yang sering dikatakan oleh pejabat Depdiknas dan
Dinas Pendidikan, bahwa Kurikulum 2004 dan 2006 adalah pada aspek Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya. Sepintas memang ya, padahal sesungguhnya
tidak semuanya benar.
Dalam Kurikulum SD/MI 2004 hanya terdapat satu SK
masing-masing jenjang kelas untuk hampir semua mata pelajaran. Namun dalam
Kurikulum 2006 terdapat dua SK untuk setiap jenjang kelas untuk seluruh mata
pelajaran plus rinciannya pada kelas dan pelajaran tertentu. Masing-masing SK
sudah diplot mana yang untuk semester 1 dan 2. Sementara itu, batasan semacam
ini tidak ada pada Kurikulum 2004.
KD-KD yang ada dalam Kurikulum 2004 ada yang masih
digunakan dengan rumusan yang sama atau mirip dengan rumusan KD dalam Kurikulum
2006. Ada beberapa KD Kurikulum 2004 yang dibuang. Ada beberapa KD yang baru
dalam Kurikulum 2006. Sehingga kalau ruang lingkup materi (scope) ini
dijadikan ukuran, maka memang tidak terlalu banyak perbedaan Kurikulum 2004
dengan Kurikulum 2006. Namun KD-KD yang ada dalam Kurikulum 2004 tersebut
direkonstruksikan kembali, ditata kembali sedemikian rupa sehingga menjadi
sangat berbeda dalam urutannya (sequence).
Walaupun ruang lingkup materi yang sama antara kedua
kurikulum tersebut, namun karena urutan penyajian per kelasnya menjadi berbeda,
maka kedua kurikulum tersebut berbeda. Sebagai contoh, ada KD pada kelas III SD
untuk mata pelajaran IPS yang dipindahkan ke kelas II. Beberapa KD dalam mata
pelajaran IPS di SD dipindahkan dari kelas VII ke kelas VIII, atau sebaliknya.
KD untuk PKN di SMP dipindahkan ke kelas VIII dan IX dari kelas VII. Sebaliknya
ada KD di kelas VIII yang diturunkan ke kelas VII.
Pemindahan KD sebagai penataan kembali KD dari
Kurikulum 2004 ini terjadi pada semua mata pelajaran dan semua jenjang sekolah
pada Kurikulum 2006. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran
di kelas, terlebih jika sekolah berkehendak akan melaksanakan Kurikulum 2006
secara penuh pada tahun pembelajaran 2006/2007 ini.
Perubahan lain adalah bahwa pembelajaran di kelas I,
II dan III SD/MI perlu dilaksanakan secara tematik, sementara untuk kelas IV, V
dan VI dengan pembelajaran bidang studi. Khusus untuk IPA dan IPS di SD
digunakan pendekatan pembelajaran terpadu.
Sedangkan IPA dan IPS di SMP yang semula SK dan KD-nya
disusun dengan menggunakan pendekatan sub-bidang studi, pada Kurikulum 2006
tidak lagi menggunakan pendekatan tersebut. Hal ini berdampak pada manajemen
kurikulum dan pembelajaran di kelas.
Sementara itu di SMA/SMK tidak ada perubahan seperti
yang ada di SD dan sebagian di SMP. Namun bukan berarti tidak ada perubahan
atau penataan KD di kurikulum SMA/SMK. Jumlah SK dalam Kurikulum 2004 yang
semula 1 atau beberapa pada setiap mata pelajaran, pada Kurikulum 2006
dikembangkan menjadi beberapa SK . SK-SK ini sebagian besar diambil isi SK
dalam Kurikulum 2004.
Namun kalau dicermati, ternyata SK-SK dalam Kurikulum
SMA 2006 ini identik, sangat mirip dengan KD-KD dalam Kurikulum SMA 2004.
Demikian pula KD-KD pada Kurikulum 2006 ini sangat identik dengan indikator
pencapaian pada Kurikulum 2004. Dengan kata lain, terdapat “peningkatan status
KD dan Indikator” pada Kurikulum 2004, sehingga menjadi SK dan KD pada
Kurikulum SMA 2006.
Kalau terjadi banyak kali kasus seperti ini, rasanya
tidak elok jika kita masih saja mengatakan bahwa Kurikulum 2004 sama dengan
Kurikulum 2006, atau perubahan yang ada tidak banyak. Kalau mau melihat
seberapa banyak perubahan kedua kurikulum tersebut, buatlah matriks pemetaan SK
dan KD + indikator dari kurikulum dengan Kurikulum 2006. Pasti kepala puyeng,
dan mata berkunang-kunang.
IMPLIKASI PADA MANAJEMEN KURIKULUM &
PEMBELAJARAN
Akibat perubahan dan penataan kembali SK dan KD pada
Kurikulum 2006, maka akan berdampak pada manajemen kurikulum dan
pembelajarannya. Sebagai misal, bagaimana membuat jadwal pelajaran pada kelas I
s.d. III SD/MI sesuai dengan model pembelajaran tematik. Sedangkan selama ini
guru Pendidikan Agama dan Penjas Orkes adalah guru bidang studi? Bagaimana
mengisi rapor siswa? Bagaimana penilaiannya? Demikian pula dengan mata
pelajaran IPS dan IPA di SMP/MTs. Karena tidak lagi menggunakan pola sub-bidang
studi, maka pengaturan siapa yang mengajarkan KD tertentu sesuai dengan rumpun
ilmu pembentuknya harus disusun dengan baik.
Ambil contoh, di KD IPA SMP pada semester 1 kelas VII
terkait dengan Fisika dan Kimia. Sementara untuk Biologi terdapat pada semester
2. Nah, apakah guru Biologi ini akan dibiarkan menganggur selama satu semester
untuk menunggu gilirannya pada semester 2? Atau guru Fisika kemudian akan
menganggur setelah satu semester mengajar? Bagaimana dengan guru-guru di
sekolah swasta yang hanya dibayar sesuai jam riil mengajarnya? Dalam pelajaran
IPS, kasus ini juga akan terjadi.
Persoalan manajemen kurikulum dan pembelajaran yang
sangat berbeda antara Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 2006. Kedua persoalan ini
akan sangat dirasakan oleh para guru pengajarnya karena mereka adalah
perencana, pelaksana dan penilai pembelajaran. Merekalah yang akan dibingungkan
setiap hari dalam melaksanakan tugasnya.
Jadi, sekali lagi, jika perbedaan antara kedua
kurikulum tersebut sangat sugnifikan. Dan para guru adalah “korban” pertama
dari perubahan kurikulum ini. Secara rinci perubahan kurikulum pada
masing-masing jenjang sekolah akan saya kupas dalam tulisan-tulisan berikutnya.
Selamat menikmati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar